Jumat, 22 Februari 2013

kisah islami pendeta yahudi yang menemukan kebenaran

       oke sahabat semua, setelah sebelumnya Gaya Remaja sudah mempostingkan kisah islam umar ibnu khattab. kali ini Kisah islam pendeta yahudi yang menemukan kebenaran akan segera dipostingkan. untuk lebih jelasnya, baca aja yuk kisah selengkapnya...
       Sesungguhnya kebenaran risalah Rasulullah saw telah nyata dalam taurat dan injil. Ketika rasulullah saw muncul ditanah arab dan menyatakan kenabiannya, para penganut agama yahudi dan nasrani telah mengetahui kebenarannya. Hanya saja kesombongan dan watak mau menang sendirilah yang menyebabkan mereka tak mau mengakui risalah Islam. Namun tak sedikit juga yang menjadi pendukung setia dakwah Rasulullah saw. Diantara mereka ini adalah Zaid bin sa’nah. Seorang pendeta yahudi. Bagaimanakah kisah nya. Kita persilakan sahabat semua untuk membacanya kisah nya. Selamat menikmati... 


kisah islami pendeta yahudi yang menemukan kebenaran


Kisah islam Pendeta yahudi yang menemukan kebenaran 


    Tak ada sedikit pun tanda kenabiannya melainkan dapat kuketahuinya ketika memandang wajah Muhammad. Kecuali dua perkara, kesabarannya yang dapat mengalahkan kemarahannya, dan kalu semakin marah jutru malah semakin sabar.
     Suatu hari tatkala Rasulullah Saw keluar bersama ali bin abi thalib, tiba-tiba ia didatangi dengan seseorang yang mirip dengan orang badui. Sambil tetap berada dipunggung untanya, laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, di desaku di Bani Fulan ada beberapa orang yang sudah masuk agama islam. Akulah menyarankan agar mereka masuk islam. Tadinya harta mereka sangat melimpah. Tapi kali ini mereka ditimpa kekeringan, kesulitan dan paceklik. Aku khawatir mereka akan keluar dari islam karna ketamakan terhadap harta, sebagaimana dulunya mereka masuk islam juga karna tamak terhadap harta. Jika Engkau berniat memberikan bantuan kepada mereka, aku mau melakukannya.
     ”Rasulullah Saw memandang ali yang berdiri disampingnya. Meminta pendapat. Ali berkata “Wahai Rasulullah, memang orang ini sudah tak mempunyai apa-apa lagi.
       ”Zaid bin sa’nah berkata “Aku mendekat kearah beliau seraya kukatakan, wahai Muhammad, maukah engkau berhutang kurma dengan jumlah tertentu yang sekarang masih berada dikebun Bani Fulan dengan tempo pembayaran yang sudah disepakati.?
         ”Rasulullah Saw bersabda. “Tapi kamu tidak boleh menyebut-nyebut kebun bani fulan.” 
    “Baiklah.” Kataku. Beliau sudah setuju, kukeluarkan kantong-kantong milikku, lalu kuserahkan kepadanya delapan puluh takaran kurma yang akan dibayar hingga waktu yang sudah disepakati. 
      Rasulullah berpesan kepada orang badui “Berbuat adillah dan bantulah mereka.
    ”Zaid bin sa’nah berkata, “Dua atau tiga hari sebelum jatuh tempo pembayaran, Rasulullah saw keluar rumah bersama Abu bakar, Umar dan Utsam serta sahabat lainnya untuk menshalati jenazah. Seusai shalat jenazah ketika Rasulullah saw sedang bersandar didinding, aku meraup baju dan mantelnya. Kepandangi beliau dengan wajah yang garang, sambil membentak, “Hai Muhammad, apakah engkau tidak akan memenuhi hakku.? Demi Allah, kalian semua sudah tau bahwa bani abdul muthalib memang suka mengulur-ulur pembayaran utang. Kami sudah hapal karna kami sudah biasa berhaul dengan kalian.
      ”Kulihat mata umar yang bulat berputar-putar geram. Dengan beram dia menghunjamkan pandangannya kearahku seraya berkata, “Hai musuh Allah, apakah engkau berani memaki Rasulullah saw dengan perkataan yang sama sekali belum pernah kudengar.? Apakah engkau bernai bertindak lancang terhadap yang tidak pernah kulihat.? Demi yang diriku berada ditangan-NYA, kalau saja Rasulullah saw mengizinkan, tentu kepalamu sudah kupenggal.
     ”Sementara pada saat yang sama, Rasulullah saw hanya memandangku dengan tenang dan pandangan yang lembut. Beliau berdabda. “Hai umar, aku dan dia memang sudah ada kesepakatan. Seharusnya engkau menyuruhku segera melunasi hutang dan menyuruhnya untuk mengingatnya. Pergilah wahai umar dan penuhilah haknya, serta tambahin lah pembayarannya sebanyak dua puluh gantang sebagai kompensasi atas ketakutannya terhadap gertakanmu.
   ”Umar pergi bersamaku dan melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah saw. Benar umar memberikanku tambahan dua puluh gantang kurma. “Mengapa ada tambahan dua puluh gantang kurma wahai Umar.?” Tanya ku. 
      “Rasulullah saw menyuruhku untuk menambahi dua puluh gantang, sebagai kompensasi dari ketakutanmu terhadap ulahku tadi” jawab Umar. 
      “Apakah engkau tau siapa aku wahai Umar.?” Tanyaku. 
     “Tidak.” Jawab Umar. 
     “Aku adalah Zaid bin sa’nah” kataku 
     “Apakah engkau seorang pendeta yahudi.?” Tanya Umar. 
     “Benar” jawab ku “Apa yang mendorongmu berbuat seperti itu terhadap Rasulullah.?” Tanyanya. 
     Aku segera menceritakan alasanku. “Wahai umar, semua tanda kenabian bisa kuketahui pada saat aku memandang wajah Rasulullah saw kecuali dua perkara, yaitu. Kesabarannya saat marah, dan pada saat beliau harus marah justru malah bersabar. Kini aku susah mengetahui keduanya. Maka aku bersaksi, aku Ridha kepada Allah sebagai Rabb, kepada Islam sebagai agama dan kepada Muhammad sebagai nabi. Aku juga bersaksi, separuh kekayaanku, kuserahkan sebagai shadaqah untuk kaum muslimin.” 
     “Sebaiknya engkau bagikan kepada sebagian mereka sahaja, karna engkau tidak bisa membaginya secara merata.” Ujar Umar bin khatab. 
    “Begitu pun boleh” kataku. 
   Akhirnya Umar dan Zaid bin sa’nah kembali menemui Rasulullah saw. Dihadapan Rasulullah Zaid mengucapkan syahadat, beriman dan menyatakan sumpah setia. Setelah itu, Zaid rajin mengikuti berbagai kegiatan dakwah, termasuk turun kemedan perang. Ia menjadi pengikut setia Rasulullah saw. 
    Ketika kaum muslimin turun kemedan perang Tabuk melawan pasukan Romawi, Zaid bin sa’nah, ikut serta. Dalam peperangan itu, ia tidak mau mundur selangkah pun. Ia terus merengsek maju. Dan gugur sebagai syahid, semoga Allah mengampuni dosanya, dan memasukkan nya kedalam surga. Amin.
 Sekian. . . 

oke. sekian dulu buat para sahabat Gaya Remaja. semoga aja dari sepenggal kisah diatas, kita semua nya bisa mengambil hikmahnya,. Amien, ya robbal Allamin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar